
Ukraina berharap dapat mengevakuasi 6.000 perempuan, anak-anak dan orang lanjut usia dari kota Mariupol yang terkepung pada hari Rabu jika kesepakatan tentatif dengan Rusia tercapai, kata wali kota tersebut.
Walikota Vadym Boichenko, yang meninggalkan Mariupol, mengatakan 90 bus sedang menunggu untuk berangkat ke kota pelabuhan di bagian selatan yang hancur.
Dia memperingatkan bahwa perjanjian tersebut masih hanya perjanjian sementara dan sekitar 100.000 warga sipil masih tinggal di sana.
Jika perjanjian tersebut berhasil, maka ini akan menjadi perjanjian pertama yang dicapai dalam menciptakan koridor aman bagi warga sipil untuk meninggalkan Mariupol ke kota-kota lain di Ukraina sejak 5 Maret.
Namun, perjanjian tersebut dengan cepat gagal, dan banyak warga yang terjebak di sana selama berminggu-minggu tanpa listrik, air mengalir, dan pasokan lainnya.
“Kami berencana mengirim bus ke Mariupol, tapi untuk saat ini hanya kesepakatan awal,” kata Boichenko di televisi nasional.
Dia mengatakan puluhan ribu orang tewas di kota di Laut Azov, yang sebagian besar telah hancur sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Jumlah tersebut tidak dapat diverifikasi oleh Reuters.
Rusia membantah pihaknya sengaja menargetkan warga sipil dan belum ada kabar langsung dari Moskow mengenai apakah koridor kemanusiaan akan dibangun di Mariupol.
“Mengingat situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Mariupol, di sinilah kami akan memfokuskan upaya kami hari ini,” tulis Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk di Facebook, seraya menambahkan bahwa orang-orang yang ingin meninggalkan Mariupol harus berkumpul di kota itu pada pukul 14.00 (11.00 GMT).
“Mengingat situasi keamanan yang sangat sulit, perubahan mungkin terjadi selama aksi koridor,” ujarnya.
Pada tanggal 24 Februari, Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina. Moskow memberikan ultimatum kepada para pembela Ukraina terakhir di sebuah pabrik baja di Mariupol untuk menyerah.
Moskow menyebut tindakannya sebagai “operasi militer khusus” yang bertujuan demiliterisasi Ukraina dan membasmi kaum nasionalis yang berbahaya.
Kiev dan negara-negara Barat menganggap sikap Rusia sebagai dalih yang tidak dapat dibenarkan untuk melakukan invasi.
Merupakan rumah bagi lebih dari 400.000 orang sebelum perang, Mariupol adalah pelabuhan penting untuk ekspor industri dan pertanian dan lokasi beberapa pabrik logam terbesar di Ukraina.
Penaklukannya akan memberi Rusia kendali penuh atas pantai Laut Azov, dan jembatan darat yang aman yang menghubungkan daratan Rusia dan wilayah separatis pro-Rusia di timur ke semenanjung Krimea, yang direbut dan dianeksasi Moskow pada tahun 2014.
Liudmyla Denisova, ombudsman Ukraina untuk hak asasi manusia, mengatakan pekan lalu bahwa Rusia telah mengambil 134.000 orang dari wilayah Mariupol yang kini dikuasainya dan 33.000 di antaranya telah dideportasi secara paksa. Reuters tidak dapat menentukan keakuratan statistik ini.
Rusia mengatakan pihaknya menawarkan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang ingin meninggalkan Mariupol.
Reuters/NAN